Pelatihan AVR

27 September 2007

one of my idol. michael faraday

Michael Faraday was born in Newington butts, near present-day Elephant and castle in South London, England. His family was not well off. His father, James, was a blacksmith and a member of the Sandemanian sect of Christianity. James Faraday had come to London in the 1780s from North-West England. The young Michael Faraday, one of four children, having only the most basic of school educations, had to largely educate himself. At fourteen he became apprenticed to a local bookbinder and bookseller George Riebau and, during his seven-year apprenticeship, he read many books, including Issac Watts' The Improvement of the Mind, the principles and suggestions contained therein he enthusiastically implemented. He developed an interest in science and specifically in electricity. In particular, he was inspired by the book Conversations in Chemistry by Janet Marcet.

At the age of twenty, in 1812, at the end of his apprenticeship, Faraday attended lectures by the eminent English chemist and physicist Humphry Davy of the Royal Institution and Royal Society, and John Tatum, founder of the City Philosophial Society. Many tickets for these lectures were given to Faraday by William Dance (one of the founders of the Royal Philharmonic Society). Afterwards, Faraday sent Davy a three hundred page book based on notes taken during the lectures. Davy's reply was immediate, kind, and favorable. When Davy damaged his eyesight in an accident with nitrogen trichloride, he decided to employ Faraday as a secretary. When John Payne, one of the Royal Institution's assistants, was sacked, the now Sir Humphry Davy was asked to find a replacement. He appointed Faraday as Chemical Assistant at the Royal Institution on march 1.

In the class-based English society of the time, Faraday was not considered a gentleman. When Davy went on a long tour to the continent in 1813-5, his valet did not wish to go. Faraday was going as Davy's scientific assistant, and was asked to act as Davy's valet until a replacement could be found in Paris. Davy failed to find a replacement, and Faraday was forced to fill the role of valet as well as assistant throughout the trip. Davy's wife, Jane Apreece, refused to treat Faraday as an equal (making him travel outside the coach, eat with the servants, etc.) and generally made Faraday so miserable that he contemplated returning to England alone and giving up science altogether. The trip did, however, give him access to the European scientific elite and a host of stimulating ideas.

His sponsor and mentor was John 'Mad jack' Fuller, who created the Fullerian Professorship of Chemistry at the Royal Institution.

Faraday was a devout Christian and a member of the small Sandemanian denomination, an offshoot of the Church of Scotland. He later served two terms as an elder in the group's church.

Faraday married Sarah Barnard (1800-1879) on June 2, 1821, although they would never have children. They met through attending the Sandemanian church.

He was elected a member of the Royal Society in 1824, appointed director of the laboratory in 1825; and in 1833 he was appointed Fullerian professor of chemistry in the institution for life, without the obligation to deliver lectures.

nikmati petualangan antar zaman bersama Al Qur'an

Mukjizat terbesar Rasulullah Shalallahu'Alaihi wa Sallam adalah Al Qur'an. Membaca Al Qur'an, membuat kita dapat berpindah dari satu zaman ke zaman yang lain. Berpetualang. Yang meski kita tidak pernah ada di sana, tetapi karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mewahyukannya, maka kita dapat mengetahui kisah-kisah bahkan dialog kaum terdahulu.

Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada di sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya.(QS. Yusuf : 102).

Ada banyak kisah para nabi beserta kaumnya di dalam Al Qur'an. Alangkah dekatnya kita dengan mereka melalui ayat-ayat Al Qur'an. Berpetualang dengan Al Qur'an, membuat kita dapat mengetahui episode perjuangan Al Haq melawan Al Bathil dari masa ke masa, dari satu rasul ke rasul lainnya. Dan bahwa kita, ummat Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, hanyalah salah satu bagian dari sekian banyak siklus peradaban manusia.Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (QS. Yusuf : 111)

Perjuangan Al Haq antar zaman inilah yang berkali-kali diucapkan Mush'ab bin Umair untuk meneguhkan pendiriannya menjelang kesyahidannya. Berkata Ibnu Sa'ad, "Diceriterakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil Al-Abdari dari bapaknya. Ia berkata, "Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan Kaum Muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mush'ab mengucapkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul". Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh." Gugurlah Mush'ab dan jatuhlah bendera...

Dengan memahami perjuangan para nabi sepanjang zaman, akan dapat meng-istiqomahkan kita di jalan-Nya karena sesungguhnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu dekat. Sebuah sunnatullah, bahwa penentang rasul-rasul pasti akan hancur.

Alangkah hebatnya Al Qur'an. Maka mari kita berpetualang melintasi zaman dan negeri dengan membaca Kitab suci yang dapat mengguncangkan dunia, agar kelak kita dapat benar-benar berpetualang ke suatu negeri yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, yang kenikmatannya belum pernah dilihat oleh mata, tak pernah terbetik dalam pikiran, yang penduduknya memiliki wajah bercahaya, yang luasnya seluas langit dan bumi. Negeri akhirat. Surga. Amiin.

25 September 2007

yupz....

hello my name is fardhady himawan kusumo hanggara. just call me fardhady(if its name is too long , just call me fard. not fart.... ok)

now, i live in bandung. and having study there....


i'm 18 years old...

.....



hm....


i think its enough, because i dont know what must to say.......


(benerin kalo ada tulisan yang salah yah..... )